Senin, 10 Januari 2011









akhlak

Wahai saudara-saudara sekalian, (pada) kesempatan baik ini saya akan menyampaikan pembicaraan tentang berakhlak baik. Dan akhlak, sebagaimana dikatakan ulama adalah gambaran batin manusia, karena (pada dasarnya) manusia mempunyai dua bentuk, bentuk luar (yaitu fisik) yang Allah ciptakan badan padanya. Dan sebagaimana kita ketahui bersama bahwa bentuk luar ini ada yang diciptakan dalam bentuk yang indah, dan ada yang diciptakan dalam bentuk yang buruk, dan ada yang diciptakan dalam bentuk diantara keduanya. Dan bentuk batin (demikian juga) ada yang baik dan ada yang buruk, serta ada yang diantara keduanya, dan bentuk batin inilah yang dikatakan sebagai akhlak.

Jika demikian halnya, maka yang dinamakan akhlak adalah : “Gambaran batin, dimana manusia berwatak seperti gambaran batin itu”. Dan sebagaimana akhlak itu merupakan suatu tabiat (pemberian Allah), sesungguhnya akhlak baik juga dapat diperoleh dengan berusaha untuk berakhlak baik, artinya bahwa (ada) manusia yang diciptakan Allah dalam keadaan berperangai baik, dan terkadang ada yang memperoleh akhlak baik itu dengan cara berusaha dan memaksa (serta mengalahkan jiwa untuk berakhlak baik) - oleh karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada (sahabat yang bernama) Al Asaj bin Qais :

"Artinya : Sesunggunhya dalam dirimu terdapat dua perangai yang dicintai Allah, yaitu sabar dan tenang, (lalu) Al Asaj bin Qais berkata : Wahai Rasulullah, apakah dua perangai itu aku yang membikin (mengusahakan untuk berakhlak sabar dan tenang) ataukah Allah telah ciptakan keduanya untukku? Beliau bersabda : “Allah menciptakanmu dalam keadaan berakhlak sabar dan tenang ”.

Maka ini adalah dalil bahwa akhlak mulia itu terjadi melalui tabiat (pembawaan asli), dan bisa juga terjadi dari usaha untuk berakhlak mulia. Akan tetapi, akhlak mulia yang lahir dari tabiat, tentu lebih baik dari akhlak mulia yang terjadi dari hasil usaha untuk berakhlak mulia. Karena jika akhlak itu terlahir dari tabiat, ia akan menjadi karakter dan pembawaan bagi manusia yang tidak membutuhkan usaha membiasakan dan melatihnya. Akan tetapi, ini adalah karunia Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang tidak diciptakan dalam keadaan berakhlak baik, sesungguhnya ia dapat memperolehnya dari jalan berusaha untuk berakhlak baik itu, dengan cara membiasakan dan memaksa (serta mengalahkan jiwa untuk berakhlak baik) sebagaimana kami akan menyebutkannya insya Allah.

Dan banyak manusia berprasangka bahwa berakhlak baik hanyalah dilakukan dalam bermuamalah dengan makhluk, tanpa bermuamalah dengan Allah. Akan tetapi ini adalah pemahaman yang sempit (dalam memahami makna berakhlak baik), karena sesungguhnya berakhlak baik itu sebagaimana dilakukan dalam bermuamalah dengan mahluk, juga dilakukan dalam bermuamalah dengan Al Khaliq (Sang Pencipta). Maka pembahasan tentang berakhlak baik adalah bermuamalah dengan Allah dan bermuamalah dengan mahluk.

Maka apakah yan dimaksud dengan berakhlak baik dalam bermuamalah dengan Allah ? Berakhlak baik dalam bermuamalah dengan Allah terkumpul dalam tiga perkara :

1. Menerima berita-berita dari Allah (Al Qur'an) dengan membenarkannya.
2. Menerima hukum-hukum Allah dengan cara mengamalkannya.
3. Menerima takdir Allah dengan sabar dan ridha.

Maka dalam tiga hal inilah berkisar sesuatu yang berkenaan dengan berakhlaq baik dengan Allah.

PERTAMA : MENERIMAN BERITA-BERITA DARI ALLAH (AL-QUR'AN) DENGAN MEMBENARKANNYA.

Di mana (artinya adalah) tidak terdapat keraguan dalam diri manusia atau kebimbangan dalam membenarkan berita dari Allah (Al Qur’an) , karena berita dari Allah bersumber dari ilmu yaitu Allah Dzat yang paling benar perkataannya. Sebagaimana firman Allah :

“Artinya : Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan (nya) daripada Allah” [An Nisa : 87]

Dan wajib membenarkan berita dari Allah dengan sikap mempercayainya, membelanya, berjihad dengannya, dimana keraguan dan kebimbangan terhadap Al Qur’an dan hadits tidak memasukinya. Dan jika seseorang menampakkan akhlak seperti ini, maka mungkin baginya untuk menolak setiap subhat (kerancuan) yang dibawa oleh orang-orang yang menentang terhadap Al Hadits, baik itu mereka yang menentang dari kalangan orang muslim yang mengadakan perbuatan bid’ah (perkara yang tidak ada contohnya dari Allah dan Rasul-Nya) atau orang-orang non muslim yang melemparkan subhat dalam hati kaum muslimin. Dan kami beri contoh tentang hal itu :

Tersebut dalam shahih Bukhari sebuah hadits dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

“Jika lalat terjatuh dalam minuman salah seoran dari kalian, maka hendaklah ia benamkan lalat itu kedalam minuman, lalu setelah itu hendaknya ia membuang lalat itu, karena sesunguhnya di dalam salah satu sayapnya terdapat penyakit, dan disayap lainnya terdapat obat” [Bukhari 5782]

Ini adalah berita dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam perkara-perkara yang ghaib, Dan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidaklah mengucapkan dari hawa nafsunya, tetapi yang beliau Shallallahu alaihi wa sallam ucapkan adalah wahyu Allah. (Hal ini) karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam adalah manusia, sedangkan manusia tidak mengetahui hal-hal yang ghaib, bahkan Allah berfirman kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam:

"Artinya : Katakanlah: "Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku." [Al An’am : 50]

Berita ini (hadits tentang lalat), wajib bagi kita menerimanya dengan akhak yang baik. Dan berakhlak baik terhadap hadits ini adalah dengan menerimanya serta menetapkan bahwa hadits yang disabdakan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah haq dan benar, walaupun ditentang orang yang menentangnya. Dan kita mengetahui dengan seyakin-yakinnya, bahwa pendapat yang menyelisihi hadits yang benar keshahihannya dari Rasulullah r adalah (pendapat) batil, hal ini karena Allah berfirman :

“Artinya : Maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan” [Yunus : 32]

Contoh lainnya :
Dari peristiwa hari kiamat, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengabarkan bahwa matahari berada dekat dengan manusia pada hari kiamat seukuran saru mil. Baik itu mil "al-makhalah" (ukuran jaraj) atau mil perjalanan. Jarak ini (antara matahari dan manusia) dekat sekali, tetapi manusia tidak terbakar oleh panasnya, padahal kalau matahari saat ini (didunia) dekat sekali pasti dunia terbakar. Maka terkadang seseorang berkata : “Bagaimana matahari berada dekat kepala-kepala manusia pada hari kiamat sejarak ukuran ini lalu manusia tidak terbakar ? maka dimanakah akhlak yang baik terhadap hadits ini? Berakhlak baik terhadap hadits ini adalah dengan menerima dan membenarkannya, dan hendaknya tidak terdapat dalam hati kita kesempitan, kegalauan dan kebimbangan. Dan hendaknya kita mengetahui bahwa hadits yang diberitakan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang hal ini adalah haq dan tidak mungkin kita mengqiyaskan (menyerupakan) keadaan-keadaan di akhirat berdasarkan keadaan-keadaan didunia, (hal ini) karena adanya perbedaan besar. Maka jika keadaannya demikian, maka seorang yang beriman akan menerima hadits semisal ini dengan lapang dada dan ketenangan, dan pemahaman tentangnya akan bertambah luas, inilah (berakhlak baik) terhadap berita-berita (dalam Al Qur’an dan hadits).


[Disalin dari Majalah Adz-Dzakhirah Al-Islamiyah Th I/No.06/1424/2003]

Kamis, 06 Januari 2011

stop bullying in sijnul fitri...

Dahulu kala ketika saya menjejakkan kaki di penjara suci ini ada sebuah kenyataan pahit yang harus dialami oleh penghuni asrama putra (baca santri).
Apakah itu?
Ya,, hukum rimba... saya berbicara tentang hukum rimba...
Mungkin masih segar di ingatan kalian semua bahwa setiap hari terjadi penindasan yang dilakukan oleh mereka yang bertubuh ataupun bernyali lebih besar kepada mereka yang lebih kecil fisiknya atau nyalinya (kalaupun badannya besar belum tentu nyalinya juga besar). Penindasan yang saya maksudkan disini berupa penindasan tanpa batas baik dari segi fisik maupun mental. Dari segi fisik pihak yang tertindas tak jarang dihadiahi bogem mentah ataupun tendangan maut dari si jagoan (urang bagak). Bahkan, penindasan (baca penyiksaan) ini berlanjut sampai ke tempat tidur. Teman yang sedang istirahat malam tak luput dari penganiayaan. Mereka diganggu ketika sedang tertidur lelap. Konteksnya pelaku ingin bercanda dan mengangap hal yang mereka lakukan itu adalah sebuah lelucon, sungguh sebuah keadaan yang tak menyenangkan. Sering kali kaum lemah seperti saya dan teman-teman lainnya mendapat luka fisik yang tak seharusnya mereka dapatkan. Saya dan teman-teman lainnya bukan tak pernah mencoba untuk melawan, tapi berakhir sia-sia. Merekapun terkadang berkoalisi untuk menindas yang lemah dan menjadi pengusa. Saya pernah menderita sesak nafas yang parah saat dada saya dipukul dengan keras dan leher saya dicengkram dengan kuat. Salah seorang sahabat saya pernah memarahi saya karena saya terus melawan mereka yang berkuasa. Sebenarnya, kalau saya ingin membalas dendam saya bisa saja melakukannya dengan mengumpulkan teman-teman, sanak saudara ataupun tukang pukul bayaran untuk menghajar keparat-keparat itu. Mungkin saja, karena kampung halaman saya hanya beberapa kilo meter dari PTSM. Tapi, saya tak punya momentum untuk menghajar mereka karena mereka hanya jago kandang. mereka tak pernah keluar dari lingkungan Pesantren. Setelah saya pikir-pikir lagi lebih baik niat saya itu diurungkan saja. Jalan keluarnya bukan itu, saya membatin.
Mengadu kepada ustadz? Itu bukanlah tindakan yang bijaksana, karena tindakan itu sama saja dengan menggali kuburan sendiri. Setelah itu penindasan akan menjadi lebih hebat lagi.
Dari segi mental, penindasan berlanjut. Entah itu pemberian gelar yang jelek-jelek ataupun panggilan yang tak menyenangkan di telinga. Santri yang lebih garang setiap saat menebar teror dengan ancaman inilah itulah, tapi yang pasti tak seorangpun di dunia ini menginginkan ketenangan mereka terusik. Saya sendiri mendapatkan panggilan cirik yang berarti taik, (nama saya diakhiri chi kemudian ditambah rik) heh.. enak saja mereka memanggil seseorang dengan panggilan itu.
Kiriman dari ayah dan bunda dari rumahpun tak luput dari sasaran santri yang berprediket lebih mempunyai otot. Peralatan mandi, pakaian,barang pribadi, sampai suplai ransum mereka dengan mudahnya dikuasai dan digunakan santri lain yang berkuasa. Entah itu jalannya mengambil paksa, mencuri dengan mencongkel lemari, atau meminta baik-baik dengan nada ancaman.
Ironisnya, Jalan yang memungkinkan untuk selamat dari proses penindasan adalah dengan memberikan upeti berupa makanan, minuman dan barang-barang lainnya ataupun membantu sang preman dengan mengerjakan tugas yang seharusnya mereka kerjakan sendiri. Seperti mengambilkan jatah makan, membuatkan pr, dan lain sebagainya.
Hal ini diperparah dengan kinerja para pengajar (ustadz) yang juga bertingkah seperti sipir penjara. Salah sedikit rotan bicara, teledor sangenek kekerasan jalan keluarnya. Tak jarang saya mendapatkan luka lebam di sekujur tubuh saya.
Terus terang, saya pribadi ketika itu (sampai saat ini) sangat membenci kesewenangan yang terjadi. Saya merasa tak nyaman dan sangat tak bisa menerima kenyataan pahit tersebuti, tapi apalah daya saya. Tubuh saya tergolong kecil dan saya tidak suka memberikan upeti agar dapat "aman" dari gangguan gerombolan pengacau itu. Saya sering didekati untuk mengerjakan tugas sekolah umum karena prestasi saya menonjol waktu itu. Bahkan saya pernah menjadi "Juara Umum", bukan main girangnya hati saya. Tapi, haram hukumnya bagi saya untuk membantu manusia-manusia tengik itu. Saya memilih untuk lari dan menjauh. Tak peduli dengan lingkungan di pesantren. Setelah mengikuti pelajaran sekolah umum saya "cabut" dan meninggalkan Pesantren tanpa izin. Saya lebih menyukai kehidupan di luar Pesantren yang lebih manusiawi. Tak ada penindasan dan tak ada kekerasan. Sementara untuk pelajaran pesantren saya tak pernah mengikutinya. Minat belajar saya hilang ketika berhadapan dengan pelajaran Pesantren hal itu mungkin disebabkan sakit hati saya yang parah terhadap ustadz yang sering memukul dan menghukum saya. Konflik yang terjadi dalam diri saya memicu saya untuk terus lari dan lari. Pada saat itu saya mengira minggat dari PTSM adalah hal yang terbaik untuk saya. Ternyata tidak. Tidak sama sekali.
Akhirnya buah dari pelarian saya mengakibatkan saya harus angkat kaki dari PTSM. Saya tak dapat lagi melanjutkan pendidikan di sini. Banyaknya pelanggaran yang saya lakukan mengakibatkan saya tak bisa lagi diampuni. Mulai dari "cabut", merokok, sampai tidak mengikuti pelajaran pesantren.
Tapi paling tidak saya tidak merugikan orang lain. Paling saya hanya merugikan diri saya sendiri. Iya toh?

Pertanyaan saya sekarang adalah apakah kondisi yang telah terjadi beberapa tahun terakhir itu masih terjadi?
jika tidak terjadi lagi, maka saya amat senang bukan kepalang dan berterima kasih pada pihak yang terlibat dalam proses pendidikan di PTSM.
sebaliknya jika masih terjadi, saya sebagai manusia yang memiliki hati nurani merasa sangat sedih sekali, dan mohon untuk menghentikan penindasan di PTSM tercinta.

Terakhir, saya berpesan pada mantan santri pelaku penindasan dan penganiayaan untuk meminta maaf pada teman yang pernah kalian jahili dan kalian sakiti karena perbuatan kalian akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak. Kalau saya pribadi, sudah memaafkan semuanya dan saya sudah ikhlas atas semua yang pernah terjadi. Mungkin inilah jalan hidup yang harus kita jalani. Hehe..

"Semoga Allah SWT selalu, melimpahkan rahmat dan hidayahNya buat kita semua". Amin...


peluk cium saya buat PTSM,
miss u....

KATAKATA BIJAK

Tentang Visi Visi tanpa eksekusi adalah lamunan. Eksekusi tanpa visi adalah mimpi buruk. Vision without execution is a daydream. Execution without vision is a nightmare. Hal Kecil dengan Cinta Dalam kehidupan ini kita tidak dapat selalu melakukan hal yang besar. Tetapi kita dapat melakukan banyak hal kecil dengan cinta yang besar. In this life we cannot always do great things. But we can do small things with great love Sesuatu Yang Lebih Jika Anda menginginkan sesuatu yang belum pernah anda miliki, Anda harus bersedia melakukan sesuatu yang belum pernah Anda lakukan. If you want something you’ve never had, you must be willing to do something you’ve never done. Tidak ada satu orang maupun perusahaan sukses yang tidak pernah mengalami kegagalan. Semua pernah gagal …. Seorang yg tidak pernah gagal, artinya tidak pernah belajar. Kegagalan adalah hal yg tidak pernah kita pelajari di sekolah. Orang Sukses selalu kelebihan cara, orang gagal selalu kelebihan alasan Jadi Pelajaran terbaik adalah kegagalan….