Kamis, 06 Januari 2011

stop bullying in sijnul fitri...

Dahulu kala ketika saya menjejakkan kaki di penjara suci ini ada sebuah kenyataan pahit yang harus dialami oleh penghuni asrama putra (baca santri).
Apakah itu?
Ya,, hukum rimba... saya berbicara tentang hukum rimba...
Mungkin masih segar di ingatan kalian semua bahwa setiap hari terjadi penindasan yang dilakukan oleh mereka yang bertubuh ataupun bernyali lebih besar kepada mereka yang lebih kecil fisiknya atau nyalinya (kalaupun badannya besar belum tentu nyalinya juga besar). Penindasan yang saya maksudkan disini berupa penindasan tanpa batas baik dari segi fisik maupun mental. Dari segi fisik pihak yang tertindas tak jarang dihadiahi bogem mentah ataupun tendangan maut dari si jagoan (urang bagak). Bahkan, penindasan (baca penyiksaan) ini berlanjut sampai ke tempat tidur. Teman yang sedang istirahat malam tak luput dari penganiayaan. Mereka diganggu ketika sedang tertidur lelap. Konteksnya pelaku ingin bercanda dan mengangap hal yang mereka lakukan itu adalah sebuah lelucon, sungguh sebuah keadaan yang tak menyenangkan. Sering kali kaum lemah seperti saya dan teman-teman lainnya mendapat luka fisik yang tak seharusnya mereka dapatkan. Saya dan teman-teman lainnya bukan tak pernah mencoba untuk melawan, tapi berakhir sia-sia. Merekapun terkadang berkoalisi untuk menindas yang lemah dan menjadi pengusa. Saya pernah menderita sesak nafas yang parah saat dada saya dipukul dengan keras dan leher saya dicengkram dengan kuat. Salah seorang sahabat saya pernah memarahi saya karena saya terus melawan mereka yang berkuasa. Sebenarnya, kalau saya ingin membalas dendam saya bisa saja melakukannya dengan mengumpulkan teman-teman, sanak saudara ataupun tukang pukul bayaran untuk menghajar keparat-keparat itu. Mungkin saja, karena kampung halaman saya hanya beberapa kilo meter dari PTSM. Tapi, saya tak punya momentum untuk menghajar mereka karena mereka hanya jago kandang. mereka tak pernah keluar dari lingkungan Pesantren. Setelah saya pikir-pikir lagi lebih baik niat saya itu diurungkan saja. Jalan keluarnya bukan itu, saya membatin.
Mengadu kepada ustadz? Itu bukanlah tindakan yang bijaksana, karena tindakan itu sama saja dengan menggali kuburan sendiri. Setelah itu penindasan akan menjadi lebih hebat lagi.
Dari segi mental, penindasan berlanjut. Entah itu pemberian gelar yang jelek-jelek ataupun panggilan yang tak menyenangkan di telinga. Santri yang lebih garang setiap saat menebar teror dengan ancaman inilah itulah, tapi yang pasti tak seorangpun di dunia ini menginginkan ketenangan mereka terusik. Saya sendiri mendapatkan panggilan cirik yang berarti taik, (nama saya diakhiri chi kemudian ditambah rik) heh.. enak saja mereka memanggil seseorang dengan panggilan itu.
Kiriman dari ayah dan bunda dari rumahpun tak luput dari sasaran santri yang berprediket lebih mempunyai otot. Peralatan mandi, pakaian,barang pribadi, sampai suplai ransum mereka dengan mudahnya dikuasai dan digunakan santri lain yang berkuasa. Entah itu jalannya mengambil paksa, mencuri dengan mencongkel lemari, atau meminta baik-baik dengan nada ancaman.
Ironisnya, Jalan yang memungkinkan untuk selamat dari proses penindasan adalah dengan memberikan upeti berupa makanan, minuman dan barang-barang lainnya ataupun membantu sang preman dengan mengerjakan tugas yang seharusnya mereka kerjakan sendiri. Seperti mengambilkan jatah makan, membuatkan pr, dan lain sebagainya.
Hal ini diperparah dengan kinerja para pengajar (ustadz) yang juga bertingkah seperti sipir penjara. Salah sedikit rotan bicara, teledor sangenek kekerasan jalan keluarnya. Tak jarang saya mendapatkan luka lebam di sekujur tubuh saya.
Terus terang, saya pribadi ketika itu (sampai saat ini) sangat membenci kesewenangan yang terjadi. Saya merasa tak nyaman dan sangat tak bisa menerima kenyataan pahit tersebuti, tapi apalah daya saya. Tubuh saya tergolong kecil dan saya tidak suka memberikan upeti agar dapat "aman" dari gangguan gerombolan pengacau itu. Saya sering didekati untuk mengerjakan tugas sekolah umum karena prestasi saya menonjol waktu itu. Bahkan saya pernah menjadi "Juara Umum", bukan main girangnya hati saya. Tapi, haram hukumnya bagi saya untuk membantu manusia-manusia tengik itu. Saya memilih untuk lari dan menjauh. Tak peduli dengan lingkungan di pesantren. Setelah mengikuti pelajaran sekolah umum saya "cabut" dan meninggalkan Pesantren tanpa izin. Saya lebih menyukai kehidupan di luar Pesantren yang lebih manusiawi. Tak ada penindasan dan tak ada kekerasan. Sementara untuk pelajaran pesantren saya tak pernah mengikutinya. Minat belajar saya hilang ketika berhadapan dengan pelajaran Pesantren hal itu mungkin disebabkan sakit hati saya yang parah terhadap ustadz yang sering memukul dan menghukum saya. Konflik yang terjadi dalam diri saya memicu saya untuk terus lari dan lari. Pada saat itu saya mengira minggat dari PTSM adalah hal yang terbaik untuk saya. Ternyata tidak. Tidak sama sekali.
Akhirnya buah dari pelarian saya mengakibatkan saya harus angkat kaki dari PTSM. Saya tak dapat lagi melanjutkan pendidikan di sini. Banyaknya pelanggaran yang saya lakukan mengakibatkan saya tak bisa lagi diampuni. Mulai dari "cabut", merokok, sampai tidak mengikuti pelajaran pesantren.
Tapi paling tidak saya tidak merugikan orang lain. Paling saya hanya merugikan diri saya sendiri. Iya toh?

Pertanyaan saya sekarang adalah apakah kondisi yang telah terjadi beberapa tahun terakhir itu masih terjadi?
jika tidak terjadi lagi, maka saya amat senang bukan kepalang dan berterima kasih pada pihak yang terlibat dalam proses pendidikan di PTSM.
sebaliknya jika masih terjadi, saya sebagai manusia yang memiliki hati nurani merasa sangat sedih sekali, dan mohon untuk menghentikan penindasan di PTSM tercinta.

Terakhir, saya berpesan pada mantan santri pelaku penindasan dan penganiayaan untuk meminta maaf pada teman yang pernah kalian jahili dan kalian sakiti karena perbuatan kalian akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak. Kalau saya pribadi, sudah memaafkan semuanya dan saya sudah ikhlas atas semua yang pernah terjadi. Mungkin inilah jalan hidup yang harus kita jalani. Hehe..

"Semoga Allah SWT selalu, melimpahkan rahmat dan hidayahNya buat kita semua". Amin...


peluk cium saya buat PTSM,
miss u....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KATAKATA BIJAK

Tentang Visi Visi tanpa eksekusi adalah lamunan. Eksekusi tanpa visi adalah mimpi buruk. Vision without execution is a daydream. Execution without vision is a nightmare. Hal Kecil dengan Cinta Dalam kehidupan ini kita tidak dapat selalu melakukan hal yang besar. Tetapi kita dapat melakukan banyak hal kecil dengan cinta yang besar. In this life we cannot always do great things. But we can do small things with great love Sesuatu Yang Lebih Jika Anda menginginkan sesuatu yang belum pernah anda miliki, Anda harus bersedia melakukan sesuatu yang belum pernah Anda lakukan. If you want something you’ve never had, you must be willing to do something you’ve never done. Tidak ada satu orang maupun perusahaan sukses yang tidak pernah mengalami kegagalan. Semua pernah gagal …. Seorang yg tidak pernah gagal, artinya tidak pernah belajar. Kegagalan adalah hal yg tidak pernah kita pelajari di sekolah. Orang Sukses selalu kelebihan cara, orang gagal selalu kelebihan alasan Jadi Pelajaran terbaik adalah kegagalan….